Rabu, 05 Maret 2014

Asal usul Sejarah Sepatu Bola (Khusus untuk Olahraga Sepak Bola)

Asal usul Sejarah Sepatu Bola (Khusus untuk Olahraga Sepak Bola)

Asal usul Sejarah Sepatu Bola dan Perkembangannya (Khusus untuk Olahraga Sepak Bola)
Pengetahuan mengenai sejarah biasanya akan sangat membosankan dan terkadang membuang waktu, namun tidak ada salahnya kita mengetahuinya walaupun itu sedikit, banyak sumber-sumber mengenai sejarah perkembangan sepatu olahraga ini.
Terlepas dari benar tidaknya sejarah itu, kita akan mencoba membuat kesimpulan dan memaparkannya berdasarkan hasil sejarah yang tercatat paling banyak dimuat di media.
Secara umum mengenai sepatu, sejarah adanya sepatu dimulai hampir bersamaan dengan sejarah peradaban manusia, Luciana Boccard dalam bukunya Party Shoes (1993) menjelaskan bahwa manusia sudah memakai sepatu dari kulit sejak seribu tahun sebelum Masehi.

Khusus untuk sepatu sepak bola, benda ini sudah dikenal mulai dari zaman Raja Henry VIII pada tahun 1525.
Sepatu yang dikenakan beliau terbuat dari kulit yang keras, tingginya di atas mata kaki, dan bobotnya lebih berat dari sepatu biasa (Mirip sepatu Lars panjang atau Boot).
Sepatu ini dijahit tangan oleh Cornelius Johnson, dan jika kita ingin mengetahui berapa nilai sepatu itu, yaitu sekitar 4 Shilling atau Rp.1.671.400,- jika dinilai saat ini.

Sepatu bola awalnya dan yang menjadi ciri khasnya, memiliki Stud/Cleat/Pul/Sepul (Tujuannya untuk kestabilan dan agar pemain tidak mudah terpeleset di lapangan rumput) yang terbuat dari paku baja dan ditanam di bagian bawah/sol sepatu, hingga kemudian dibuat aturan agar cleat ini ujungnya tumpul demi keamanan.

Pemain bola pada awalnya diijinkan menggunakan sepatu jenis apapun di lapangan, hingga akhirnya pada tahun 1863 FA mengeluarkan peraturan: “Yang tidak menggunakan sepatu dengan paku menonjol, lempengan besi, atau getah karet pada sol sepatunya tidak diperbolehkan bermain”.

Produsen (Pabrikan sepatu) pertama sepatu sepak bola adalah Gola yang rilis pada tahun 1905, kemudian pada tahun 1910-an sepatu dengan nama Cup Final Specials rilis dan mendunia berkat 'gigi-gigi' kayu di bagian bawah agar pemain mudah mencengkeramkan kakinya ke tanah, ujung sepatu dibuat dengan pola anyaman agar pemain mudah menggerakkan jari kakinya selama mengontrol bola, bentuk gigi itu seperti tabung dengan tiga paku kecil berujung tajam, dan pemain harus memakukkan 'Kuku' itu ke sol dengan palu kecil.

Ukuran gerigi itu pun bervariasi, pemain akan memilih gigi lebih panjang untuk bermain di lapangan becek/lembek agar tidak mudah terpeleset.
Pada masa itu, salah satu tugas wasit dan asistennya adalah mengecek sol sebelum pemain masuk ke lapangan, jika gigi sepatu terlalu tajam dan menonjol, pemain tak diperbolehkan masuk.
Sepatu baru umumnya keras dan kaku sehingga sering membuat kaki pemakainya cedera, agar lebih lentur dan enak dipakai sepatu direndam dulu selama beberapa jam sebelum dikenakan, lalu dijemur sebentar agar kandungan air tidak memberatkan sepatu.

 Tahun 1920-an, di Jerman muncul Dassler bersaudara yaitu Adolf dan Rudolf yang membangun Gebruder Dassler Schuhfabrik (Dassler Brother Shoe Factory) pada tahun 1924, perusahaan ini menawarkan teknologi cleat sepatu bermata 6 sampai dengan 7 yang dapat dipindah-pindah posisinya menyesuaikan kondisi lapangan.
Produksi sepatu sepak bola pada masa ini tidak hanya untuk orang dewasa namun anak-anak pun masuk dalam produksi massal.

Tahun 1930-an, muncul variasi warna tali sepatu, namun kelemahannya adalah pada saat bertanding pemain sering mengganti tali sepatu ini karena pembuatannya, proses rendam-jemur sepatu membuat tali mudah rusak.

Tahun 1950-an, pemikiran untuk mengurangi bobot sepatu muncul dan fungsinya mulai difokuskan untuk menendang dan mengontrol bola.
Bahan pembuatan sepatu merupakan gabungan kulit dan sintetis, cleat sepatu terbuat dari karet atau plastik dan dapat diganti-ganti.
Era ini juga ditandai dengan dimulainya komersialisasi sponsor oleh produsen sepatu kepada pemain (1951), bintang Inggris Stanley Matthews menjadi nama sepatu keluaran CWS dan Ia mencatatkan diri sebagai pemain pertama yang disewa sebagai bintang iklan sepatu.

Tahun 1960-an, terobosan baru dalam pembuatan sepak bola mencakup sol sepatu yang dibuat dengan bahan karet, plastik, atau logam dengan pengait sekrup.

Tahun 1970-an, karena pada awalnya sepatu selalu berwarna hitam, kemudian muncul terobosan untuk mengeluarkan sepatu yang warnanya tidak biasa, yaitu putih.

Di tahun 1979, diperkenalkan bahan kulit sepatu yang terbuat dari kulit kanguru.

Tahun 1990-an, populernya bahan kulit kanguru semakin berkembang dengan diperkenalkannya teknologi Sweet Spot, yaitu sepatu yang bisa membuat bola melengkung ketika ditendang melambung di udara (Tendangan pisang), kita mungkin lebih mengenalnya dari seorang pemain sepak bola asal Inggris David Beckham.

Tahun 1994, sol sepatu terbuat dari bahan polimer yang membuatnya lebih fleksibel dan cleat sepatu tidak lagi berwujud paku-paku, namun dibentuk langsung dari sol berupa bilah seperti pisau.

Dan akhirnya pada tahun 2000-an, diperkenalkan teknologi baru dalam sepatu yang meningkatkan kemampuan kontrol bola, kecepatan lari, dan kekuatan serta akurasi tendangan.
Juga berkembangnya teknologi kuku-kuku sepatu (stud/cleat/pul/sepul) yang lebih lengket di lapangan, dan hasilnya si pemakai akan lebih stabil dalam bermanuver.

Seperti kita ketahui di atas, sepatu bola pada awalnya sangat berat, karena sepatu ini melindungi sampai pergelangan kaki atau mata kaki.
Bentuk ini yang menjadi standar di bagian Utara Eropa selama beberapa tahun, sedangkan di Eropa dan Amerika bagian Selatan lebih mengenal sepatu bola yang tidak perlu melindungi angkel, sehingga bobot sepatu jauh lebih ringan, dan kemudian model ini menjadi model standar hingga sekarang.


  Sedikit Gambaran Sepatu Bola Jaman Dahulu
sepatu bola Raja Henry VIII tahun 1526




Era tahun 1800-an

Era tahun 1900 sampai 1940
Era tahun 1900 sampai 1940

gaya boot Sepakbola relatif konstan sepanjang tahun 1900-an sampai akhir perang dunia kedua. Peristiwa yang paling signifikan di dunia sepakbola boot pada bagian pertama abad kedua puluh adalah pembentukan beberapa produsen boot sepakbola yang masih membuat sepatu bola saat ini, termasuk Gola (1905), Valsport (1920) dan Denmark sepakbola pembuat boot Hummel ( 1923).

Selama di Jerman, saudara Adolf Dassler dan Rudolf Dassler membentuk Gebrüder Schuhfabrik (Dassler Brothers Shoe Factory) di Herzogenaurach pada tahun 1924 dan mulai memproduksi sepatu bola tahun 1925 yang telah 6 atau 7 diganti, dipaku , yang dapat berubah sesuai dengan kondisi cuaca bermain.




Era tahun 1940 sampai 1960
Gaya boot Sepakbola bergeser secara signifikan setelah berakhirnya perang dunia kedua, sebagai perjalanan udara menjadi perlengkapan internasional lebih murah dan lebih banyak dimainkan. Hal ini melihat boot, sepak bola lebih ringan lebih fleksibel yang dipakai oleh dorongan Amerika Selatan yang ke panggung dunia, dan bola keterampilan dan kemampuan teknis kagum semua orang yang mengawasi mereka. produksi boot Sepakbola bergeser untuk menghasilkan boot sepak bola lebih ringan dengan fokus pada menendang dan mengontrol bola, bukan hanya memproduksi sepotong sepatu pelindung.
1948 melihat pembentuk perusahaan Adidas oleh Adolf (Adi) Dassler setelah bertengkar dengan saudaranya itulah penyebab persaigan perusahan pembuat sepatu bola dari dulu sampai dengan hari ini. Bruder Rudolf awal mendirikan perusahaan Puma pada tahun 1948, menghasilkan boot sepak bola Puma Atom. Hal ini menyebabkan sekrup yg awalnya dpt di pakukan pada sepatu bola mulai terbuat dari plastik atau karet untuk pertama kalinya, konon oleh Puma di awal tahun 1950, tetapi juga diklaim oleh Adidas .Sepatu Sepakbola waktu itu masih di atas mata kaki, namun sekarang sedang dibuat dari campuran bahan sintetis dan kulit, memproduksi dan sepatu bahkan lebih ringan untuk para pemain hari untuk menampilkan kemampuan mereka.




Era Tahun 1960-an

Perkembangan teknologi dari tahun enam puluhan mengalami perubahan-langkah penting dalam desain dapat dilihat dari desain sepatu dipotong rendah diperkenalkan untuk pertama kalinya dalam sejarah sepak bola. Perubahan ini memungkinkan pemain untuk bergerak lebih cepat dan melihat orang-orang seperti Pele memakai sepatu bola Puma di Final Piala Dunia 1962. Adidas, meskipun, dengan cepat muncul sebagai pemimpin pasar, posisi mengklaim sampai hari ini. Dalam Piala Dunia Final tahun 1966, sekitar 75% dari pemain mengenakan boot sepak bola Adidas.
Tahun 1960 juga melihat beberapa pembuat boot sepak bola lainnya bergabung pasar boot sepakbola dengan merek mereka sendiri dan gaya termasuk Mitre (1960), Joma (1965) dan Asics (1964).



Era Tahun 1970-an
Tujuh puluhan dimulai dengan ikonik 1970 Final Piala Dunia yang melihat tim Brasil sublim mengangkat piala dengan Pele, kali ini mengenakan boot sepak bola Puma King. Dasawarsa itu sendiri akan dikenang dimana cara sponsor sepatu bola memiliki icon sepatu, di mana pemain dibayar untuk memakai hanya satu merek. Dari segi desain dan gaya, kemajuan teknologi yang dihasilkan sepatu ringan, dan berbagai warna, termasuk untuk pertama kalinya, boot football semua-putih.
Pada tahun 1979, Adidas menghasilkan penjualan terbaik di dunia boot sepak bola Copa Mundial, terbuat dari kulit kangguru dan membangun untuk kecepatan dan fleksibilitas. Meskipun Adidas tetap dominan, pembuat sepak bola boot beberapa lainnya bergabung dengan kehebohan termasuk sepak bola Italia pembuat boot Diadora (1977). 




Era  Tahun 1980-an
Perkembangan terbesar di zaman baru-baru ini dalam desain dan teknologi sepatu bola dikembangkan pada tahun delapan puluhan oleh mantan pemain Craig Johnston, yang menciptakan boot Predator sepakbola, yang akhirnya dirilis oleh Adidas pada tahun 1990. Johnston dirancang Predator untuk memberikan traksi yang lebih besar antara boot sepak bola dan bola, dan boot sepak bola dan tanah. Desain diperbolehkan untuk daerah permukaan yang lebih besar untuk datang ke dalam kontak dengan bola ketika sedang terkena boot sepak bola, dengan serangkaian kekuasaan dan menyimpang zona dalam wilayah mencolok memungkinkan pemain untuk menciptakan kekuatan yang lebih besar dan meliuk ketika memukul "sweet spot" . Tahun delapan puluhan juga melihat sepatu bola untuk pertama kalinya yang dibuat oleh Umbro perusahaan Inggris (1985), Italia dan Spanyol Lotto Kelme (1982)


Era Tahun 1990-an
1994 Adidas melihat menciptakan Craig Johnston merancang Predator dengan revolusioner gaya, desain dan teknologi sehingga sukses instan dan abadi. Predator sekarang fitur teknologi ekstrusi polimer dan bahan memungkinkan untuk tunggal lebih fleksibel serta konvensional yang diganti dengan desain berbilah meliputi tunggal, memberikan dasar yang lebih stabil untuk pemain. Pada tahun 1995 Adidas traxion berbilah mereka merilis teknologi outsole yang bilah berbentuk meruncing. Puma memukul kembali pada tahun 1996 dengan boot sepakbola busa-bebas midsole, yang dikenal sebagai Puma Cell Technology, yang Adidas menjawab lagi, kali ini dengan alas sepatu berbentuk baji pada tahun yang sama. Tahun sembilan puluhan melihat sepakbola boot baru produsen Mizuno pembebasan mereka Mizuno Wave pada tahun 1997. Lain sepatu bola baru berasal dari Reebok (1992) dan Uhlsport (1993) dengan perusahaan lain juga bergabung dengan pasar yang semakin meningkat, menguntungkan dan kompetitif. Paling signifikan tahun sembilan puluhan melihat masuknya Nike, produsen olahraga terbesar di dunia, segera membuat dampak dengan yang boot sepak bola Nike Mercurial (1998), yang berbobot hanya 200g.
Era tahun 2000-an
Sebagai teknologi maju lebih jauh lagi, penerapan dan perkembangan penelitian baru terlihat di tahun-tahun ke dalam milenium baru sampai ke hari ini dan ini telah menyebabkan penguatan posisi pasar dari tiga pembuat besar sepak bola boot dan penjual, Puma, Nike dan Adidas (bergabung dengan Reebok sejak 2006). Untungnya, masih ada kamar di tempat pasar untuk produsen kecil yang tidak memiliki kontrak dukungan uang besar di pembuangan, seperti Mizuno, Diadora, Lotto, Hummel dan Nomis.

Perkembangan terakhir sejak tahun 2000 telah melihat Nomis Basah teknologi kontrol menghasilkan boot lengket (2002), Craig Johnston Sepatu Babi (2003), teknologi hiu oleh Kelme (2006) dan desain yang luar biasa dari sepatu bola Zhero Lotto Gravitasi laceless (2006) semua yang mendukung keberhasilan bahwa pembuat yang lebih kecil dapat mencapai dengan memproduksi khusus dan sepatu bola berteknologi maju yang menyediakan diferensiasi yang berbeda dari massa yang dihasilkan produk dari tiga besar. Teknologi laser juga telah membantu untuk menghasilkan sepak bola pertama di dunia sepenuhnya disesuaikan dengan Sebelum 2 Lever, yang mungkin yang paling menarik dan inovatif dari perkembangan terakhir.
sepatu sepak bola favorit saat ini termasuk F50 Adidas ', Tunit dan Predator, Nike Mercurial Vapor III, Air Zoom Total 90-an dan Tiempo Ronaldinho, Reebok Rage Pro dan Umbro X Boots.

Asal Usul Sejarah Liga Super Indonesia atau LSI atau ISL

Asal Usul Sejarah Liga Super Indonesia atau LSI atau ISL

Liga Super Indonesia  adalah kompetisi sepak bola antar klub profesional level tertinggi di Liga Indonesia.
LSI diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI.
LSI dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang.
Sistem operasi untuk setiap klub peserta dengan promosi dari dan degradasi ke Divisi Utama.
Musim kompetisi tidak menentu dan disesuaikan dengan kondisi atau suasana yang terjadi di Indonesia.
Sponsor utama LSI adalah perusahaan rokok Djarum, oleh karena itu LSI secara resmi dikenal sebagai Djarum Indonesia Super League.
pada musim 2009-2010 AFC menobatkan liga Super Indonesia adalah liga terbaik peringkat 8th se-Asia, dan Liga terbaik se-Asia Tenggara.


ASAL USUL SUPER LIGA INDONESIA
Ide dari pelaksanaan sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan profesionalisme dalam persepak-bolaan nasional.
Alasan lainnya adalah karena format Liga Indonesia pada tahun 2007 yang kurang adil, berlangsung secara sistem setengah kompetisi.
Sistem ini menyebabkan tingginya tingkat ketegangan pertandingan dan sangat berpotensi memicu kerusuhan. Alasan terakhir adalah karena terlalu banyak tim peserta (38 tim).

PEMBENTUKAN

LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008.
Kompetisi ini dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah APBD.


18 Klub Perdana
Pada awal LSI 2008 diadakan dengan menyeleksi sembilan tim teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Tim-tim tersebut adalah:


Wilayah Barat:

1. Sriwijaya FC Palembang
2. Persija Jakarta
3. PSPS Pekanbaru
4. Deltras Sidoarjo
5. Persib Bandung
6. Persela Lamongan
7. Semen Padang
8. Pelita Jaya Jawa Barat


Wilayah Timur:

1. Persipura Jayapura
2. Persiwa Wamena
3. Persela Lamongan
4. Persisam Samarinda
5. Arema Indonesia
6. PSM Makassar
7. Persiba Balikpapan
8. Bontang FC
9. Persijap Jepara
10. Persema Malang
11. Persibo Bojonegoro

Tetapi setelah diverifikasi, beberapa klub mengundurkan diri dengan alasan kekurangan dana.
Sebagai penggantinya dipilihlah klub Divisi Utama Liga Indonesia 2007 dengan syarat menempati posisi klasemen tepat dibawah klub yang digantikan kemudian diverikasi kembali.
Tim yang lolos verifikasi adalah:

1. Arema Indonesia
2. Persipura Jayapura
3. Persiba Balikpapan
4. Persib Bandung
5. Sriwijaya FC Palembang
6. Persija Jakarta
7. Persiwa Wamena
8. Persema Malang
9. Persela Lamongan
10. PSPS Pekanbaru
11. PSM Makassar
12. Persijap Jepara
13. Bontang FC
14. Persebaya Surabaya
15. Persisam Samarinda
16. Persik Kediri
17. Pelita Jaya Jawa Barat
18. Persitara Jakarta Utara

Format Kompetisi
Format kompetisi memakai satu wilayah dan tidak ada lagi format dua wilayah.
Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34 pertandingan.
Juara akan mewakili Indonesia di Liga Champions AFC.
Runner-up akan mewakili Indonesia di Piala AFC dan Liga Champions AFC dengan play-off.
Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi.
Sementara satu tim (peringkat ke-15) akan melakukan play-off melawan peringkat ke-4 Divisi Utama.


Statistik / Data Fakta


Pemain Terbaik
* 2008/2009 - Boaz Salossa (Persipura)
* 2009/2010 - Kurnia Meiga Hermansyah (Arema Indonesia) [5] (Nominasi: Aldo Bareto, Christian Gonzalez, Ricardo Salampessy)


TOP SKORER / PENCETAK GOL TERBANYAK
* 2008/2009 - Boaz Salossa (Persipura) & Christian Gonzalez {Persib Bandung (put II)} (28 gol)
* 2009/2010 - Aldo Bareto (Bontang FC) (19 gol)


Pemain Fair Play
* 2008/2009 - T A Musafri (Persiba Balikpapan)[6]
* 2009/2010 - Eduard Ivakdalam (Persipura)

Tim Fair Play
# 2008/2009 - Persija Jakarta
# 2009/2010 - Sriwijaya FC

Pelatih Fair Play
* 2008/2009 - Jaksen Tiago (Persipura)
* 2009/2010 -

Wasit Terbaik
* 2008/2009 - Najamuddin Aspiran (Balikpapan)
* 2009/2010 - Oki Dwi Putra Senjaya (Bandung)

Suporter Terbaik
* 2008/2009 - LA Mania
* 2009/2010 - Aremania

Panpel Terbaik
* 2008/2009 -
* 2009/2010 - Arema Indonesia

Sejarah FIFA (Federation Internationale de Footbal ASsociation) / Federasi INternasional SEpak Bola


Sejarah FIFA (Federation Internationale de Footbal ASsociation) / Federasi INternasional SEpak Bola

Fédération Internationale de Football Association (FIFA) atau Federasi Internasional Sepak Bola adalah badan pengatur internasional sepak bola.
FIFA bermarkas di Zürich, Swiss.

FIFA didirikan di Paris pada 21 Mei 1904 dan merayakan hari jadinya yang ke-100 pada 2004.
Pada April 2004, FIFA mengumumkan bahwa mereka memperkirakan akan meraup keuntungan sebesar $144 juta dari $1,64 miliar dalam pendapatan antara tahun 2003 dan 2006.

Peta pembagian konfederasi anggota FIFA.

FIFA juga mempromosikan sepak bola, mengatur transfer pemain antar tim, memberikan gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA, dan menerbitkan daftar Peringkat Dunia FIFA setiap bulannya.

Peraturan sepak bola ditetapkan oleh IFAB (International Football Association Board), yang terdiri dari empat wakil dari FIFA dan masing-masing satu wakil dari
Asosiasi Sepak bola Inggris, Asosiasi Sepak bola Skotlandia, Asosiasi Sepak bola Wales dan Asosiasi Sepak bola Irlandia.

ASosiasi
Badan ini berfungsi bersama dengan asosiasi-asosiasi regional yang memantau perkembangan sepak bola di berbagai belahan dunia.
Keenam konfederasi yang membentuk FIFA (dan wilayah yang di bawah pengawasan mereka) adalah:

* AFC - (Asia)
* CAF - (Afrika)
* CONMEBOL - (Amerika Selatan)
* CONCACAF - (Amerika Utara, Tengah dan Karibia)
* OFC - (Oseania)
* UEFA - (Eropa)

Turnamen
FIFA melaksanakan kejuaraan-kejuaraan sepak bola seperti :

* Turnamen pria antar negara
o Piala Dunia
o Piala Konfederasi
o Cabang olahraga sepak bola pria pada Olimpiade
o Piala Dunia U-20
o Piala Dunia U-17

* Turnamen wanita antar negara
o Piala Dunia Wanita
o Cabang olahraga sepak bola wanita pada Olimpiade
o Piala Dunia Wanita U-20
o Piala Dunia Wanita U-17

* Turnamen pria antar klub
o Piala Dunia Antarklub

* Turnamen wanita antar klub
o Piala Dunia Antarklub Wanita

* Turnamen futsal pria antar negara
o Piala Dunia Futsal
o Piala Konfederasi Futsal Al-Fateh
o Piala Futsal Interkontinental

* Turnamen sepak bola pantai pria antar negara
o Piala Dunia Sepak Bola Pantai
o Tur Pro Sepak Bola Pantai
o Piala Sepak Bola Pantai


Daftar Presiden FIFA
1. Robert Guerin
menjabat dari tahun 1904 - 1906, Berasal dari PErancis
2. Daniel Burley Woolfall
menjabat dari tahun 1906 - 1918, Berasal dari Inggris
3. Jules Rimet
menjabat dari tahun 1921 - 1954, Berasal dari Perancis
4. Rodolphe Seeldrayers
menjabat dari tahun 1954 - 1955, Berasal dari Belgia
5. Arthur Drewry
menjabat dari tahun 1955 - 1961, Berasal dari Inggris
6. Sir Stanley Rous
menjabat dari tahun 1961 - 1974, Berasal dari Inggris
7. Joao Havelange
menjabat dari tahun 1974 - 1998, Berasal dari Brasil
8. Sepp Blatter
menjabat dari tahun 1998 - Sekarang, Berasal dari Swiss

Official Website : FIFA

Sejarah AFC (Asian Football Confederation) / Konfederasi Sepakbola Asia

Sejarah AFC (Asian Football Confederation) / Konfederasi Sepakbola Asia

Konfederasi Sepak Bola Asia (dalam bahasa Inggris: Asian Football Confederation atau AFC)
adalah badan pengatur sepak bola di Asia, tidak termasuk Siprus dan Israel, tetapi mencakup Australia.

AFC mempunyai 46 negara anggota yang mayoritas terletak di Asia.
Negara yang memiliki wilayah di Eropa dan Asia, seperti Turki, Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia, dan Rusia, tergabung ke dalam UEFA, sama halnya dengan Armenia, Siprus, dan Israel, yang seluruh wilayahnya terletak di Asia.

AFC didirikan pada 8 Mei 1954 di Manila, Filipina dan merupakan salah satu dari enam konfederasi benua FIFA.
FIFA mengakui AFC sejak 21 Juni 1954.
Markas AFC berada di AFC House, Jalan 1/155, Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia.
Slogan : The Future is Asia


Negara Pendiri
1. Afghanistan
2. Burma
3. Republik China
4. Hong Kong
5. India
6. Indonesia
7. Jepang
8. Republik Korea
9. Pakistan
10. Filipina
11. Singapura
12. Vietnam

Presiden
1. Sir Lo man Kam
Menjabat dari tahun 1954 - 1954, dari negara Hongkong
2. Kwok Chan
Menjabat dari tahun 1954 - 1956, dari negara Hongkong
3. William Sui Tak Louey
Menjabat dari tahun 1956 - 1957, dari negara Hongkong
4. N.C. Chan
Menjabat dari tahun 1957 - 1958, dari negara Hongkong
5. Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj
Menjabat dari tahun 1958 - 1977, dari negara Malaysia
6. Kambiz Atabia (Pejabat)
Menjabat dari tahun 1977 - 1978, dari negara Iran
7. Tan Sri Hamzah Abu samah
Menjabat dari tahun 1978 - 1994, dari negara Malaysia
8. Yang Mulia Sultan AHmad Shah
Menjabat dari tahun 1994 - 2002, dari negara Malaysia
9. Mohamed Bin Hammam
Menjabat dari tahun 2002 - Sekarang, dari negara Qatar

Wilayah
AFC terbagi ke dalam empat wilayah. Berikut ditunjukkan bagaimana tim-tim nasional di Asia terbagi ke dalam wilayah-wilayah (tetapi tidak harus menjadi bagian dari federasi sepak bola regional di wilayah tersebut). Sebagai aturan, karena adanya pembatasan budaya, hanya wilayah ASEAN dan Asia Timur yang mempunyai tim wanita.

Federasi Sepakbola ASEAN
* Australia
* Brunei
* Kamboja
* Timor Leste
* Indonesia
* Laos
* Malaysia
* Myanmar
* Filipina
* Singapura
* Thailand
* Vietnam

Federasi Sepakbola Asia Timur
* Republik Rakyat Cina
* Hong Kong
* Guam
* Jepang
* Cina Taipei (Taiwan)
* Korea Utara
* Korea Selatan
* Makau
* Mongolia
* Kepulauan Mariana Utara (provisional)

Federasi Sepakbola Asia Barat
* Bahrain
* Iran
* Irak
* Yordania
* Kuwait
* Lebanon
* Oman
* Palestina
* Qatar
* Arab Saudi
* Suriah
* Uni Emirat Arab
* Yaman


Federasi SEpakbola Asia Tengah Dan Selatan
* Afganistan*
* Bangladesh*
* Bhutan*
* India*
* Kirgizstan^
* Maladewa*
* Nepal*
* Pakistan*
* Sri Lanka*
* Tajikistan^
* Turkmenistan^
* Uzbekistan^

(*anggota Federasi Sepak Bola Asia Selatan (SAFF))
(^anggota Federasi Sepak Bola Asia Tengah (CAFF))


Turnamen
* ASEAN: Kejuaraan Sepak Bola ASEAN (dahulu bernama Piala Tiger sebelum 2007)
* Asia Tengah: Secara resmi hanya ada 4 negara di kawasan ini (Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Kazakhstan tergabung ke UEFA). Tidak ada turnamen resmi antar mereka.
* Asia Timur: Piala Asia Timur
* Asia Selatan: Piala SAFF
* Asia Barat: Kejuaraan WAFF (tidak seluruh negara Asia Barat mengikutinya), Piala Negara Teluk

ASal Usul Sejarah Agama Budha

ASal Usul Sejarah Agama Budha

ASAL USUL SEJARAH AGAMA BUDDHA


1. Kehidupan Masyarakat India Pra-Buddha

Agama Buddha berasal dari India bagian utara diajarkan oleh Buddha Sakyamuni. Beliau juga dikenal dengan sebutan Buddha Gautama, Bhagava, Tathagata, Sugata, dan sebagainya. Pada masa kecil, Beliau adalah seorang pangeran, bernama Siddharta. Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 sebelum Masehi, jadi sekitar 2600 tahun yang lalu.

Sebelum lahirnya agama Buddha, masyarakat India telah mengenal berbagai kepercayaan agama. Saat itu terdapat beberapa pandangan hidup di India. Pada periode awal, masyarakat India bercorakkan tradisi pertapaan dengan pertapa-pertapa berambut panjang yang telanjang. Periode berikutnya, masyarakat mengenal upacara-upacara keagamaan dan ritus kurban dari kaum Brahmana.

Selanjutnya, masyarakat India mengenal agama dari kaum Upanishad. Menurut kaum ini, manusia memiliki suatu diri atau jiwa yang kekal. Kebahagiaan kekal hanya dapat diraih jika manusia dapat bersatu dengan alam semesta. Untuk bersatu dengan alam semesta, mereka mengembangkan meditasi yoga.

Pandangan ini mendapat reaksi keras dari kaum materialis. Kaum materialis menganggap bahwa tidak ada jiwa yang kekal. Menurut kaum ini, jiwa tidak lain tidak bukan adalah badan jasmani itu sendiri. Setelah kematian, kehidupan manusia berakhir, tidak ada lagi kehidupan berikutnya. Kebahagiaan kekal itu tidak ada. Kebahagiaan hanya dapat diraih selagi hidup. Mereka yang mengikuti kaum materialis menjalani hidup bersenang-senang untuk menikmati kebahagiaan duniawi.

Perkembangan selanjutnya, masyarakat India mengenal tradisi pertapaan keras dari kaum Jaina. Kaum ini percaya bahwa setiap manusia sesungguhnya memiliki jiwa yang suci dan bersih dalam dirinya. Jiwa yang murni ini menjadi kotor karena perasaan-perasaan indera. Menurut kaum ini, kebahagiaan kekal dapat dicapai bila dapat membunuh perasaan-perasaan indera melalui cara-cara penyiksaan diri.

2. Masa Kehidupan Sang Buddha

Pangeran Siddharta dilahirkan dalam sebuah keluarga kerajaan. Ayahnya adalah seorang raja yang memerintah di kota Kapilavasthu. Hidup dalam keluarga istana, sang pangeran bergelimangan dengan kesenangan-kesenangan duniawi.

Kehidupan dalam kebahagiaan duniawi sangat didambakan banyak orang. Kekayaan yang berlimpah, kekuasaan yang tinggi, istri yang cantik, dan segala kemewahan duniawi lainnya. Kehidupan yang serba berlebihan di mana segala keinginan dapat terpenuhi ternyata tidak membuat sang pangeran berbahagia. Setelah sekian lama menikmati kehidupan duniawi yang menyenangkan dalam istana, suatu perjalanan keluar istana yang untuk pertama kalinya dilakukan dalam masa hidupnya segera merubah seluruh jalan hidupnya.

Kejadian di luar istana yang belum pernah ditemuinya selama hidup di dalam istana: orang tua renta yang berjalan tergopoh-gopoh dengan bantuan sebuah tongkat, orang sakit parah yang sedang merintih kesakitan dalam pembaringan, orang mati yang diusung menuju tempat kremasi, dan seorang pertapa suci yang sedang bermeditasi dengan heningnya; keempat kejadian yang dijumpainya ini pada kesempatan berbeda, telah membuat dirinya merenung dan terus merenung akan hidup ini: Mengapa harus ada usia tua? Mengapa harus ada masa sakit? Mengapa harus ada kematian? Mengapa harus ada penderitaan? Apa arti hidup ini? Dapatkah manusia terbebas dari usia tua, sakit dan mati?

Demikianlah batinnya diliputi dengan segala pergolakan yang akhirnya puncak pergolakan pada usia 29 tahun di mana Beliau memutuskan untuk menjalani kehidupan suci, seperti halnya kejadian keempat yang telah dilihatnya: seorang pertapa suci yang sedang tenang bermeditasi. Beliau memutuskan untuk mengikuti jejaknya dalam menemukan jawaban atas semua hal yang menyebabkan penderitaan manusia. Beliau bertekad untuk menemukan obat penderitaan yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan karena usia tua, sakit dan mati. Masa ini disebut sebagai Masa Pelepasan Agung.

Pangeran Siddharta telah membuktikan bahwa kebahagiaan yang diperoleh dari kehidupan duniawi bukanlah kebahagiaan yang abadi. Kebahagiaan duniawi bersifat sementara. Setelah kebahagiaan lenyap, muncullah penderitaan. Demikianlah dalam hidup ini, suka dan duka datang silih berganti.

Beliau yakin adanya suatu kebahagiaan yang bersifat abadi. Dalam usaha pencarian, Beliau mengembara dan berturut-turut berguru kepada beberapa orang guru meditasi. Pertapa Gautama, demikianlah kemudian Beliau dikenal, mempelajari berbagai ilmu meditasi. Dengan cepat, Beliau menyamai kepandaian gurunya. Demikianlah, Beliau berpindah dari satu guru ke guru lainnya dan dengan segera pula segala ilmu dari gurunya dapat dikuasainya. Namun, usaha Beliau menemukan obat penderitaan tetap belum berhasil.

Dalam meditasi, Beliau berhasil menemukan adanya suatu bentuk kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan dalam meditasi ini adalah kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan spiritual berbentuk lebih halus. Tetapi, Beliau menyadari bahwa kebahagiaan ini belumlah sempurna, masih bersifat sementara.

Akhirnya, Beliau mencoba menemukan sendiri Jalan Pembebasan tersebut, yang membebaskan manusia dari penderitaan. Beliau mulai mempraktekkan pertapaan dengan menyiksa diri. Setelah bertahun-tahun bertapa menyiksa diri membuat tubuh Beliau kurus kering. Hampir saja Beliau mati karena tubuhnya yang tinggal kulit pembalut tulang. Namun, Jalan Pembebasan tidak juga diperolehnya. Jawaban atas semua penderitaan tetap tidak didapatkannya.

Hingga pada suatu saat, Beliau disadari oleh serombongan pemain kecapi yang sedang lewat sambil berbincang-bincang menasehati yang lain:
"Jika tali senar ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Jika terus dikencangkan, senarnya akan putus dan lenyaplah suaranya. Jika tali senar ini dikendorkan, suaranya akan melemah. Jika terus dikendorkan, lenyaplah suaranya."

Kata-kata ini ternyata telah menyadari Pertapa Gautama bahwa di dalam tubuh yang lemah karena menyiksa diri, tidak akan ditemukan pikiran yang jernih. Bagaimana Pengetahuan tentang Pembebasan dapat diperoleh tanpa pikiran yang jernih?

Pertapa Gautama akhirnya memutuskan untuk bangkit dari meditasinya. Beliau ingin mengakhiri cara bertapa menyiksa diri dan bergegas untuk mandi membersihkan tubuhnya. Namun, begitu Beliau bangkit, tubuhnya yang sedemikian lemahnya tak kuat menopang dirinya, yang membuatnya segera terjatuh pingsan.

Saat itu, seorang pemuda gembala bernama Nanda sedang lewat dan segera menolongnya. Ia memberikannya semangkuk air tajin. Ketika Beliau sadar dari pingsannya, Beliau segera mencicipi air tajin tersebut, dan akhirnya secara perlahan kesehatannya pulih kembali.

Pertapa Gautama pun akhirnya meninggalkan kehidupan menyiksa diri. Beliau telah membuktikan bahwa kehidupan menyiksa diri tidak akan membawa seseorang kepada kebahagiaan abadi, Jalan Pembebasan, Pencerahan Sempurna.

Beliau kemudian memutuskan untuk bermeditasi di bawah pohon Bodhi sambil mengumandangkan kebulatan tekadnya dengan berprasetya: "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulangku jatuh berserakan, tetapi Aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai Aku mencapai Pencerahan Sempurna."

Dikisahkan bahwa di dalam meditasinya, pertapa Gautama dihantui perasaan-perasaan bimbang dan ragu. Pikiran-pikiran seperti keinginan nafsu, keinginan jahat, ketakutan, keragu-raguan dan kemalasan mencoba menggagalkan usahanya dalam meraih Pengetahuan mengenai Pembebasan. Hampir saja Beliau dikalahkan oleh Mara, penggoda yang dahsyat itu. Namun dengan keteguhan hati Beliau yang membaja, akhirnya membuat-Nya berhasil menaklukkan Sang Mara.

Pertapa Gotama telah mencapai Pencerahan Sempurna. Beliau telah menjadi Buddha. Peristiwa penting ini terjadi pada saat malam terang purnama di bulan Waisak ketika Beliau berusia 35 tahun. Beliau telah menyadari tentang asal mula penderitaan dan jalan untuk melenyapkannya. Dhamma inilah yang akan diajarkan-Nya kepada seluruh umat manusia agar kita semua dapat mengetahui hakekat sesungguhnya dari kehidupan ini dan berusaha untuk melenyapkan penderitaan sehingga kebahagiaan tertinggi dapat kita raih.

Selama 45 tahun Sang Buddha mengajarkan dhamma kepada umat manusia. Melalui pengalamannya sendiri, dengan usaha dan perjuangan Beliau sendiri, dhamma telah ditemukannya, dan telah diajarkannya pada kita semua.



3. Perkembangan Agama Buddha

Sang Buddha pertama kali mengajarkan dhamma kepada lima orang pertapa di taman rusa Isipatana, Sarnath. Beliau membimbing mereka menuju Arahat. Arahat adalah gelar bagi mereka yang telah melatih diri dan berhasil mencapai tingkat kesucian tertinggi yang dapat dicapai manusia. Seorang Arahat telah terbebas dari kekotoran batin duniawi. Mereka telah bersih dari keserakahan, keinginan yang disebabkan keakuan, kebencian, dan ketidaktahuan akan Jalan Pembebasan.

Dengan sifat-sifat tanpa cela yang dimilikinya, seorang Arahat adalah pelestari dhamma terbaik untuk meneruskan dhamma Sang Buddha di kemudian hari.
Setelah Sang Buddha Parinibbana, para Arahat kemudian berkumpul untuk menghimpun ajaran-ajaran Beliau yang telah disampaikan kepada banyak orang yang berbeda, di waktu dan tempat yang berlainan. Akhirnya, terhimpunlah Kitab Suci Agama Buddha.

Kitab suci berbahasa Pali dinamakan Tipitaka sedangkan kitab suci berbahasa Sansekerta dinamakan Tripitaka. Tipitaka atau Tripitaka berarti tiga keranjang. Nama ini digunakan karena kitab-kitab suci yang tersusun berhasil terkumpul sebanyak tiga keranjang.

Secara kuantitas, kitab suci agama Buddha adalah kitab suci yang paling tebal di antara semua kitab suci yang ada di dunia. Secara keseluruhan, ajaran-ajaran Sang Buddha dan para siswa-Nya yang telah Arahat, jika telah dibukukan diperkirakan memiliki ketebalan berkisar antara puluhan hingga puluhan ribu kali lipat lebih tebal dari Kitab Injil yang telah dikenal umum.

Ajaran Sang Buddha yang sedemikian luasnya menyebabkan tumbuhnya banyak tradisi dan aliran dalam agama Buddha. Mereka mencoba menemukan suatu cara praktis yang mudah untuk mempraktekkan ajaran Sang Buddha yang sangat luas itu dengan penekanan pada sutra-sutra tertentu dalam bagian Kitab Suci Agama Buddha.

Agama Buddha dipraktekkan meluas di India setelah Sang Buddha Parinibbana. Tradisi Buddhis pun terbentuk di wilayah yang sekarang bernama Pakistan dan Afghanistan, dan mengakar di Asia Tengah pada awal Masehi. Invansi Islam di kemudian hari melemahkan agama ini pada sub-benua India dan Asia Tengah.

Dari India, agama Buddha menyebar ke SriLanka. Dari India dan SriLanka, agama Buddha menyebar ke Asia Tenggara dan sekarang berakar kuat di Thailand dan Myanmar. Pemerintahan komunis di beberapa negara Asia telah menekan perkembangan agama Buddha. Namun, sejak abad modern, intelektual Barat mulai tertarik dengan agama Buddha. Banyak vihara Buddhis, pusat-pusat Dharma, dan berbagai tempat pelatihan meditasi telah dibangun di negara-negara Barat.

Dari Asia Tengah, agama Buddha pertama kali masuk ke China, kemudian agama Buddha dibawa dari India. Banyak peziarah China membawa kekayaan naskah agama Buddha dari India ke China. Dalam masyarakat China, agama Buddha mengalami akulturasi dengan kebudayaan masyarakat setempat.

Dari China, agama Buddha menyebar ke Vietnam dan Korea. Dari Korea, agama Buddha mencapai Jepang. Dari Jepang, agama Buddha menyebar ke negara-negara Barat.
Agama Buddha pertama kali diperkenalkan ke Tibet dari Nepal (India Utara) dan China. Dari Tibet, agama Buddha menyebar ke Mongolia dan Manchuria. Sejak China Komunis mencaplok Tibet, ribuan rakyat Tibet terpaksa melarikan diri ke pengasingan di India dan Nepal, dan telah membangun kembali vihara-vihara di India. Banyak pemimpin spiritual di Tibet pergi ke negara-negara Barat dan Asia, yang menyebabkan pusat-pusat Dharma bermunculan.

4. Agama Buddha di Indonesia

Di masa pemerintahan Sriwijaya, Syailendra dan Majapahit, agama Buddha berkembang dengan pesat di Indonesia. Bahkan, Sriwijaya menjadi pusat pendidikan Buddhis terkenal pada masa itu.

Akulturasi agama Buddha dengan kebudayaan masyarakat setempat di Indonesia tercermin lewat bangunan candi-candi bercorak Buddhis yang dibangun dengan megah pada masa pemerintahan raja-raja wangsa Syailendra. Pembangunan candi-candi Buddhis seperti Borobudur, Mendut dan Pawon menunjukkan kebudayaan bangsa kita yang sangat tinggi pada saat itu.

Pada masa pemerintahan Majapahit, agama Buddha dan Hindu dapat berkembang bersama-sama. Toleransi beragama pada saat itu sangat tinggi. Hal ini terbukti seperti yang tertulis dalam Kitab Sutasoma, karya seorang pujangga besar Buddhis saat itu, Mpu Tantular. Dalam kitab Sutasoma, terdapat perkataan "Bhinneka Tunggal Ika" yang digunakan saat ini dalam lambang negara kita.

Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit dan masa penyebaran agama Islam di Indonesia, perkembangan agama Buddha di Indonesia mengalami kemunduran. Pada masa kolonial Belanda, agama Buddha berada antara ada dan tiada.

Kemudian pada abad ke-20, sejak diundangnya bhikkhu Narada Thera dari SriLanka ke Indonesia, agama Buddha secara perlahan mulai berkembang kembali. Bhikkhu Narada Thera banyak memberikan pengetahuan Dharma dan informasi mengenai agama Buddha ke seluruh pelosok Nusantara.

Sejak itulah agama Buddha berkembang kembali di Indonesia dan dewasa ini sedang berada dalam tahap pembinaan masyarakat Buddhis Indonesia yang berlandaskan Pancasila untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

5. Agama Buddha di Dunia

Akulturasi agama Buddha dengan kebudayaan setempat di mana agama Buddha tumbuh tidak mungkin dapat dihindari. Agama Buddha mengambil bentuk luar dari kebudayaan setempat yang ada dan menyesuaikannya dengan ajaran agama Buddha.

Agama Buddha berasal dari India. Kebudayaan India sangat mempengaruhi bentuk luar agama Buddha. Kemudian, agama Buddha berkembang di Tibet dan China. Agama Buddha pun mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat di Tibet dan China.

Terkadang perpaduan antara agama Buddha dengan kebudayaan setempat menyebabkan batas yang kurang jelas antara praktek agama Buddha dengan praktek bukan agama Buddha. Sebagai contoh, perpaduan antara agama Buddha dengan kebudayaan China.

Sebelum perkembangan agama Buddha di China, masyarakat China sangat dipengaruhi ajaran filsafat dari Khonghucu dan kepercayaan Taoisme, yang keduanya merupakan kebudayaan asli setempat. Khonghucu sangat menekankan tata cara persembahyangan dan mengutamakan ajaran bakti. Dalam perkembangannya, agama Buddha menyesuaikan dengan menitikberatkan Sutra Bakti, sebagai pelengkap nilai-nilai budaya China. Segala tata cara dan upacara formal juga sangat ditekankan pada vihara-vihara Buddhis.

Pada abad modern ini, agama Buddha mulai berkembang di negara-negara Barat. Banyak cendekiawan Barat yang tertarik dan berminat untuk mempelajari agama Buddha. Mereka, setelah belajar agama Buddha, menyatakan bahwa di dalam agama Buddha, mereka menemukan sesuatu yang logis dan ajaran bermanfaat sebagai pedoman bagi kehidupan mereka. Ternyata agama Buddha memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan cendekiawan Barat. Umat Buddha juga boleh berbangga hati dengan semakin diterimanya agama Buddha di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan sebagainya. Banyak pula ilmuwan Barat menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar agama Buddha tidak bertentangan bahkan sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah Sains modern. Dengan demikian, perkembangan dan kemajuan Buddhadharma di berbagai wilayah di belahan dunia di masa mendatang dapatlah diharapkan.

Asal USUl SEjarah Pengertian WEda (Kitab Suci agama Hindu)

Asal USUl SEjarah Pengertian WEda (Kitab Suci agama Hindu)

Pengertian Weda
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan
ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi.
Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang
mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda
adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya
mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha
sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda
dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang
diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga
disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian
yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh
diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.
Bahasa Weda
Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta
dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang
berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam
mempelajari Sansekerta.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam
Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis
penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi
Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi
Wararuci.

Pembagian dan Isi Weda
Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan
oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu
banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar
yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk
menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang
telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun
temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional
ilmiah. Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok
Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku
pedoman yang sisinya tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti,
keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan
kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas.
Srutistu wedo wijneyo dharma
sastram tu wai smerth,
te sarrtheswamimamsye tab
hyam dharmohi nirbabhau. (M. Dh.11.1o).
Artinya:
Sesungguhnya Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra, keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah
kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. (Dharma)
Weda khilo dharma mulam
smrti sile ca tad widam,
acarasca iwa sadhunam
atmanastustireqaca. (M. Dh. II.6).
Artinya:
Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian
barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang
menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta
akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).
Srutir wedah samakhyato
dharmasastram tu wai smrth,
te sarwatheswam imamsye
tabhyam dharmo winir bhrtah. (S.S.37).
Artinya:
Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah
dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti
agar sempurnalah dalam dharma itu.
Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama
ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smerti merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya untuk setiap usaha.
Untuk mempermudah sistem pembahasan materi isi Weda, maka dibawah ini akan
diuraikan tiap-tiap bagian dari Weda itu sebagai berikut:

SRUTI
Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang Widhi
Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya (originair) yang
diterima melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai periodesasinya dalam empat
kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau
Catur Weda Samhita (Samhita artinya himpunan). Adapun kitab-kitab Catur Weda
tersebut adalah:
Rg. Weda atau Rg Weda Samhita.
Adalah wahyu yang paling pertama diturunkan sehingga merupakan Weda yang tertua.
Rg Weda berisikan nyanyian-nyanyian pujaan, terdiri dari 10.552 mantra dan
seluruhnya terbagi dalam 10 mandala. Mandala II sampai dengan VIII, disamping
menguraikan tentang wahyu juga menyebutkan Sapta Rsi sebagai penerima wahyu.
Wahyu Rg Weda dikumpulkan atau dihimpun oleh Rsi Pulaha.
Sama Weda Samhita.
Adalah Weda yang merupakan kumpulan mantra dan memuat ajaran mengenai lagu-
lagu pujaan. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Wahyu Sama Weda dihimpun oleh Rsi Jaimini.

Yajur Weda Samhita.
Adalah Weda yang terdiri atas mantra-mantra dan sebagian besar berasal dari Rg.
Weda. Yajur Weda memuat ajaran mengenai pokok-pokok yajus. Keseluruhan
mantranya berjumlah 1.975 mantra. Yajur Weda terdiri atas dua aliran, yaitu Yayur
Weda Putih dan Yayur Weda Hitam. Wahyu Yayur Weda dihimpun oleh Rsi
Waisampayana.

Atharwa Weda Samhita
Adalah kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis. Atharwa
Weda terdiri dari 5.987 mantra, yang juga banyak berasal dari Rg. Weda. Isinya adalah
doa-doa untuk kehidupan sehari-hari seperti mohon kesembuhan dan lain-lain. Wahyu
Atharwa Weda dihimpun oleh Rsi Sumantu.

Sebagaimana nama-nama tempat yang disebutkan dalam Rg. Weda maka dapat
diperkirakan bahwa wahyu Rg Weda dikodifikasikan di daerah Punjab. Sedangkan
ketiga Weda yang lain (Sama, Yayur, dan Atharwa Weda), dikodifikasikan di daerah
Doab (daerah dua sungai yakni lembah sungai Gangga dan Yamuna.
Masing-masing bagian Catur Weda memiliki kitab-kitab Brahmana yang isinya adalah
penjelasan tentang bagaimana mempergunakan mantra dalam rangkain upacara.
Disamping kitab Brahmana, Kitab-kitab Catur Weda juga memiliki Aranyaka dan
Upanisad.

Kitab Aranyaka  isinya adalah penjelasan-penjelasan terhadap bagian mantra dan
Brahmana. Sedangkan kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan
mengenai bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menguraikan tentang
hubungan Atman dengan Brahman serta mengupas tentang tabir rahasia alam semesta
dengan segala isinya. Kitab-kitab brahmana digolongkan ke dalam Karma Kandha
sedangkan kitab-kitab Upanishad digolonglan ke dalam Jnana Kanda.

SMERTI
Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini
didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang profesi.
Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni
kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.

Kelompok Wedangga:
Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda yaitu:
(1). Siksa (Phonetika)
Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta
rendah tekanan suara.

(2). Wyakarana (Tata Bahasa)
Merupakan suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta
menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa
bantuan pengertian dan bahasa yang benar

(3). Chanda (Lagu)
Adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu.
Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan
Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang
mudah diingat.

(4). Nirukta
Memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.

(5). Jyotisa (Astronomi)
Merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang
diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata
surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam
pelaksanaan yadnya.

(6). Kalpa
Merupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis
isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang
Dharma, dan bidang Sulwa. Srauta memuat berbagai ajaran mengenai tata cara
melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan
upacara keagamaan. Sedangkan kitab Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai
peraturan pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah
tangga. Lebih lanjut, bagian Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek tentang
peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Dan Sulwasutra, adalah memuat
peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya Pura,
Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur

Kelompok Upaweda:
Adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok
Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

(1). Itihasa
Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Kitan Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan kedalam
tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair. Adapun
ketujuh kanda tersebut adalah Ayodhya Kanda, Bala Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara
Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap Kanda itu merupakan satu kejadian
yang menggambarkan ceritra yang menarik. Di Indonesia cerita Ramayana sangat
populer yang digubah ke dalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno. Kekawin
ini merupakan kakawin tertua yang disusun sekitar abad ke-8.

Disamping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh
maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan  keluarga Bharata dan
menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri. Ditinjau dari
arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah "sesungguhnya
kejadian itu begitulah nyatanya") maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang
memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu.
Kitab Mahabharata meliputi 18 Parwa, yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa ,Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa,
Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa,
Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprastanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.

Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam Bhismaparwa terdapatlah kitab
Bhagavad Gita, yang amat masyur isinya adalah wejangan Sri Krsna kepada Arjuna
tentang ajaran filsafat yang amat tinggi.

(2). Purana
Merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan
silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan
bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan perkembangan dinasti Suryawangsa
dan Candrawangsa serta memuat ceitra-ceritra yang menggambarkan pembuktian-
pembuktian hukum yang pernah di jalankan. Selain itu Kitab Purana juga memuat
pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang ceritra kejadian alam semesta, doa-
doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tatacara upacara
keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ke
tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari kitab-kitab Purana adalah memuat
pokok-pokok ajaran mengenai Theisme (Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai
madzab Hindu. Adapun kitab-kitab Purana itu terdiri dari 18 buah, yaitu Purana,
Bhawisya Purana, Wamana Purana, Brahma Purana, Wisnu Purana, Narada Purana,
Bhagawata Purana, Garuda Purana, Padma Purana, Waraha Purana, Matsya Purana,
Kurma Purana, Lingga Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.

(3) Arthasastra
Adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran
ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma
atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini
adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal
di bidang Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan
Parasara dan Rsi Canakya.

(4) Ayur Weda
Adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai
sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh
karena demikian, maka luas lingkup ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur Weda
meliputi bidang yang amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya,
Ayur Weda meliptui delapan bidang ilmu, yaitu ilmu bedah, ilmu penyakit, ilmu obat-
obatan, ilmu psikotherapy, ilmu pendiudikan anak-anak (ilmu jiwa anak), ilmu
toksikologi, ilmu mujizat dan ilmu jiwa remaja.

Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita yang ditulis oleh Maharsi
Punarwasu. Kitab inipun memuat delapan bidan ajaran (ilmu), yakni Ilmu pengobatan,
Ilmu mengenai berbagai jens penyakit yang umum, ilmu pathologi, ilmu anatomi dan
embriologi, ilmu diagnosis dan pragnosis, pokok-pokok ilmu therapy, Kalpasthana dan
Siddhistana. Kitab yang sejenis pula dengan Ayurweda, adalah kitab Yogasara dan
Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Nagaryuna. isinya memuat pokok-pokok
ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem anatomi yang penting artinya dalam
pembinaan kesehatan jasmani dan rohani.

(5) Gandharwaweda
Adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada beberapa buku
penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi
Natyawedagama dan Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-
lain.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smerti meliptui banyak
buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang tertentu. Ditambah lagi kitab-
kitab agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama dan Sakta Agama dan kitab-
kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Wedanta.
Kedua terakhir ini termasuk golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab Weda dan
mendasarkan ajarannya pada Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat diperkirakan
betapa luasnya Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Di dalam
ajaran Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu, karena tiap
satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Hal inilah yang perlu diperhatikan
dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara sempurna.

BAHASA WEDA

Bahasa Sanskerta Weda atau disingkat sebagai bahasa Weda adalah bahasa yang dipergunakan di dalam kitab suci Weda, teks-teks suci awal dari India. Teks Weda yang paling awal yaitu Ṛgweda, diperkirakan ditulis pada milennium ke-2 SM, dan penggunaan bahasa Weda dilaksanakan sampai kurang lebih tahun 500 SM, ketika bahasa Sanskerta Klasik yang dikodifikasikan Panini mulai muncul.
Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih 1.500 tahun) dari bahasa Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris bisa dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother /Skt. मतृ matṛ or Ing. father /Skt. पितृ pitṛ.
Sebuah persamaan menarik lain bisa diketemukan dari kata Sanskerta dan Persia berikut sthaan dan staan yang artinya adalah “tanah” atau “negara” (berkerabat dengan kata Inggris to stand yang artinya "berdiri").

SEJARAH

Lima tahap berbeda bisa dibedakan dalam perkembangan bahasa Weda.
  1. Rgweda. Kitab Rgweda mengandung paling banyak bentuk arkhais dari semua teks-teks Weda dan masih pula banyak mengandung unsur-unsur bersama bahasa Indo-Iran baik dalam bentuk bahasa maupun isi teks, yang tidak diketemukan dalam teks-teks Weda lainnya. Kecuali beberapa bagiannya, (buku ke-1 sampai ke-10), diperkirakan kitab Rgweda sudah selesai ditulis pada tahun 1500 SM.
  2. Bahasa Mantra. Periode ini mencakup baik mantra maupun bahasa prosa dalam kitab Atharwaweda (Paippalada dan Shaunakiya), Rgweda Khilani, Samaweda Samhita (yang mengandung kurang lebih 75 mantra yang tidak ada dalam kitab Rgweda), dan mantra-mantra Yajurweda. Teks-teks ini sebagian besar diambil dari Rgweda, namun sudah banyak berubah, baik dari segi linguistik maupun tafsirnya. Beberapa perubahan penting termasuk berubahnya kata wiṣwa "semua" menjadi sarwa, dan meluasnya bentuk dasar verba kuru- (dalam kitab Rgweda tertulis krno-). Masa ini bertepatan dengan munculnya awal Zaman Besi di barat laut India (besi pertama kali disebut dalam kitab Atharwaweda), dan munculnya kerajaan Kuru, kurang lebih pada abad ke-12 SM.
  3. Teks prosa Samhita. Periode ini memiliki ciri khas munculnya pengkoleksian dan kodifikasi kanon Weda. Sebuah perubahan linguistik penting ialah menghilangnya injunktivus nd dalam modus-modus aoristus. Bahagian komentar Yajurweda (MS, KS) termasuk pada periode ini.
  4. Teks prosa Brahmana. Teks-teks Brahmanas sendiri dari Catur Weda termasuk periode ini, begitu pula Upanishad yang tertua (BAU, ChU, JUB).
  5. Bahasa Sutra. Ini adalah tahap terakhir bahasa Sanskerta Weda sampai kira-kira tahun 500 SM, mengandung sebagian besar Śrauta dan Grhya Sutra, dan beberapa Upanishad (misalkan KathU, MaitrU. Beberapa kitab Upanishad yang lebih mutakhir termasuk masa pasca-Weda).
Sekitar tahun 500 SM faktor-faktor budaya, politik dan linguistik memberikan sumbangan dalam mengakhiri periode Weda. Kodifikasi ritus-ritus Weda mencapai puncaknya, dan gerakan-gerakan tandingan seperti Wedanta dan bentuk-bentuk awal agama Buddha, yang lebih suka menggunakan bahasa rakyat Pali daripada bahasa Sanskerta dalam menuliskan teks-teks mereka, mulai muncul. Raja Darius I dari Persia menginvasi lembah sungai Indus dan pusat kekuasaan politik di India mulai pindah ke arah timur, ke sekitar sungai Gangga.

TATA BAHASA

Bahasa Weda memiliki sebuah bunyi frikatif labial [f], yang disebut upadhmaniya, dan sebuah frikatif velar [x], yang disebut jihwamuliya. Kedua-duanya merupaka alofon daripada wisarga: upadhmaniya muncul sebelum p dan ph, jihwamuliya sebelum k dan kh. Bahasa Weda juga memiliki huruf khusus ळ (aksara Devanagari) untuk l retrofleks, sebuah alofon antara vokal , yang biasa dialihaksarakan sebagai atau ḷh. Dalam membedakan l vokalik daripada l retrofleks, l vokalik kadangkala dialihaksarakan dengan menggunakan tanda diakritis berbentuk lingkaran di bawah huruf, ; apabila hal ini dilaksanakan, r vokalik juga digambarkan dengan sebuah lingkaran, , demi asas konsistensi.
Bahasa Weda merupakan bahasa yang memiliki pitch accent (Indonesia ?). Karena sejumlah kecil kata-kata menurut pelafazan Weda mengandung apa yang disebut swarita mandiri pada sebuah vokal pendek, maka bisa dikatakan bahwa bahasa Weda “mutakhir” adalah sebuah bahasa nada secara marginal. Namun harap diperhatikan bahwa pada versi-versi Rgweda yang telah direkonstruksi secara metrik, hampir semua sukukata yang mengandung swarita harus dikembalikan kepada sebuah sekuensi dua sukukata di mana yang pertama mengandung sebuah anuswāra dan yang kedua mengandung apa yang disebut swarita bebas. Jadi bahasa Weda awal bukanlah sebuah bahasa nada melainkan sebuah bahasa yang menggunakan pitch accent.
Selain itu bahasa Weda memiliki bentuk subjunktivus, yang tidak disebut dalam tatabahasa Panini dan pada umumnya dianggap telah hilang pada saat itu, paling tidak pada konstruksi kalimat umum.
Dasar i-panjang membedakan infleksi Dewi dan infleksi Wrkis, sebuah pembedaan yang sudah hilang pada bahasa Sansekerta Klasik.